Minggu, 21 Oktober 2012

Penggunaan Bahasa Dalam Sastra

Penggunaan Bahasa Dalam Sastra

Balai bahasa Yogya belum lama ini menggelar sarasehan  kebahasaan dan kesastraan Indonesia.  Dalam sarasehan ini disampaikan tentang  memahami dan menulis sastra. Kegiatan menampilkan   dua pembicara, Bramantio dan Ono W. Purba.

 Menurut Ono W.Purba, menjadi penulis adalah suatu pilihan dalam hidup. Menjadi penulis  mempunyai tantangan yang tinggi apalagi keberadaan penulisan sering kali dipandang selah mata oleh sebagian masyarakat yang mengukur semua dengan formalitas dan materi.  

Tidak mudah untuk menjadi seorang penulis, diperlukan kecermatan dan ketelitian untuk merangkai  kaliamat menjadi sebuah alur cerita. Untuk menjadi seorang penulis harus rajin membaca karena membaca adalah modal terpenting menjadi seseorang untuk menjadi penulis.

Membaca, terutama membaca karya sastra itu tidak semudah kita duduk lalu berdiri lagi kemudian meletakkan  apa yang kita baca. “Membaca sebuah karya sastra, diperlukan keterbukaan jiwa dan pemahaman. Saat membaca sebuah karya sastra kita tidak menjadi diri sendiri tetapi kita harus bisa memahami apa maksud si penulis”.ujar kritikus sastra, Bramantio.

Untuk membaca sebuah karya sastra saat ini tidaklah harus membeli buku yang bisa dikatakan mempunyai harga yang mahal. Membaca sebuah karya sastra apa saja, bisa dilakukan  dengan biaya yang murah bahkan gratis. Cukup berlangganan internet  atau mendatangi  warung internet  sudah bisa mendapatkan  bacaan bacaan yang bermutu.  Baik secara cerita ataupun bahasa yang digunakan.

Disinggung soal penggunaan bahasa alay atau bahasa anak muda saat ini, baik Ono maupun Bramantio tidak menampik hal itu sebagai dinamika dalam perkembangan seni berbahasa, tetapi apabila ini tidak segera ditekan ditakutkan akan merusak tatanan bahasa Indonesia yang baku. “kita tidak bisa menghentikanataupun melarang penggunanan bahasa gaul tersebut tetapi yang kita bisa lakukan untuk menyelamatkan bahasa Indonesia adalah mengelontor media dengan penggunaan bahasa yang baku.” Tutur Ono W.Purba. (Kris)