Selasa, 12 Februari 2008

HAL 6/ Obat Murah

OBAT MURAH UNTUK MASYARAKAT

Sehat adalah idaman setiap orang, tetapi manusia tidak tahu kapan sakit akan datang menghampiri dirinya. Walaupun sudah berusaha untuk hidup sehat, penyakit akan selalu menmgintai. Ketika orang terserang penyakit, pasti akan membutuhkan banyak biaya.
Biaya pengobatan saat ini di rasa sangat mahal sekali. Mulai dari biaya perawatan, biaya dokter, biaya rawat inap rumah sakit dan biaya obat. Total dari mahalnya biaya penyembuhan itu 40 persen biaya obat menyumbang angka mahalnya biaya yang harus ditanggung oleh orang yang sakit.
Mahalnya biaya obat sangat dikeluhkan oleh masyarakat lapisan bawah. Mungkin untuk masyarakat yang tergolong mampu biaya obat yang mahal tidak menjadi masalah. Apalagi untuk kelompok ekonomi atas, penggunaan obat biasanya yang bermerek dan paten.
Masyarakat ekonomi bawah banyak mengeluhkan mahalnya harga obat dipasaran. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, sudah sulit untuk hidup masih sulit pula untuk membayar obat ketika sakit. Pemerintah dirasa kurang memperhatikan kesehatan masyarakat kelas ekonomi bawah.
Untuk mengantisipasi dan membantu masyarakat, pemerintah melalui menteri kesehatan Siti Fadhillah Soepari sudah sejak Mei 2007 mengeluarkan obat generik. Jenis obat generik yang dikeluarkan pemerintah di bandrol dengan harga Rp. 1.000. obat generik yang dikeluarkan oleh pemerintah ada sepuluh jenis. Obat yang diluncurkan merupakan obat bebas seperti obat flu, obat diare, obat penurun panas, obat batuk, obat maag,obat sakit kepala dan untuk jenis penyakit lainnya.
Tetapi dalam pelaksanaannya pemerintah dirasa kurang gencar dalam mempromosikan dan memperkenalkan obat generik kepada masyarakat serta kurang memberi penekanan kepada dokter agar memberikan resep obat generik kepada pasiennya.
Selain pemerintah, dokter juga dituding sebagai faktor pendukung mahalnya harga obat. Ketika penderita sakit dan datang ke dokter, biasanya akan dituliskan resep obat untuk jenis sakit pasien. Banyak dokter yang yang memberikan resep obat bermerk padahal masih ada alternatif obat generik. Selain itu juga dokter terlibat bisnis dan mendapatkan keuntungan dengan meresepkan jenis dan merk obat tertentu. Hal ini jugalah yang di duga sebagai pemicu persaingan harga obat di pasaran.
Pihak farmasi atau produsen obat juga dianggap kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat. Produsen dianggap terlalu mementingkan keperluan bisnis semata. Obat obat bermerk lebih dipromosikan secara gencar dari pada obat generik. Padahal untuk promosi obat bermerk produsen tidak tanggung tanggung. Mereka sanggup membiayai seminar dengan ruangan pertemuan bintang lima, menmggandeng dokter terkemuka dan memberikan sarana dan akomodasi untuk dokter tersebut.
Kerjasama dokter dan produsen obat sangat eratkaitannya dengan mahalnya harga obat yang beredar dipasaran. Dokter mendapatkan keuntungan dari produsen obat untuk meresepkan obat yang diluncurkan.sedangkan pasien hanya menurut dan menebus obat yang diresepkan. Dalam hal ini masyarakat juga dianggap kurang kritis dan hanya bersikap pasif terhadap dokter yang memeriksanya.
Pasien atau konsumen obat seharusnya dapat bersikap kritis dalam membeli obat ataupun untuk mendapatkan harga yang murah. Pasien berhak untuk mendapatkan harga obat yang murah dan berkualitas. Mereka dapat menanyakan obat yang diresepkan oleh dokter yang bersangkutan ataupun berkonsultasi dengan apoteker.
Selain berkonsultasi dengan dokter maupun apoteker, pasien juga bisa menanyakan harga dan memperbandingkannya antar apotik. Pasien berhak menanyakan kepada dokter apakah ada jenis generik untuk obat yang diresepkan, karena tidak semua obat ada generiknya.(Wis/ dari berbagai sumber)